Psikoanalisis Teori Freud
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling dengan dosen Rahman S.Pd M.Pd
DI SUSUN OLEH
1. Ayu Ramadhani Wulandari 1105095096
2. Faihsol Arif 1105095087
3. Haidar Irawan 1105095106
4. Ika Hikmawati 1105095111
5. M. Yusuf Firdaus 1105095157
6. Nur Muchlis 1105095075
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami dapat menyeslesaikan Tugas Psikoanalisis tentang anak yang selalu mengisolasikan diri di lingkungan Barunya.
Tak lupa juga kami mengucapakan terima kasih kepada bapak Rahman S,Pd, M.Pd. yang telah memberikan bimbing kami dalam proses punyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus atau masalah yang di alami siswa yang sulit menyesuaikan dirinya dan bergaul dengan teman-temanya di sekolah dalam arti anak ini memeiliki sikap yang tertutup dan tidak mau bergaul atau anak yang tergolong selalu mengisolasikan diri dengan teman-teman di lingkungan barunya yang akan di selesaikan dengan pendekatan psikoanalisis ! serta untuk melengkapi tugas yang di berikan oleh dosen matakuliah Teknik Lab Konseling 2 yaitu Rahman S.Pd M.Pd.
Demikianlah sepatah kata yang kami dapat sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan dapat Menjadi sebuah pengalaman baru bagi kami yang masih awam tentang bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan psikoanalisis. Kami juga meminta maaf jika dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah dan sulit di pahami para pembaca, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya atas kritik dan saran yang di berikan kami ucapakan terima kasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................
A. Teori Sigmund Freud tentang Psikoanalisis ..............................................
B. Konsep-Konsep Utama Psikoanalisis Mengenai Kepribadian ..................
C. Proses-Proses dalam Konseling Psikoanalisis ...........................................
D. Teknik Konseling ....................................................................................
E. Kelebihan Dan Kekurangan Psikoanalisa ................................................
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................
A. Analisis ....................................................................................................
B. Sintesis ....................................................................................................
C. Diagnosis .................................................................................................
D. Prognosis .................................................................................................
E. Treatment ................................................................................................
F. Follow up ................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan manusia dalam psikoanalisis merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, sosial atau penyimpangan perilaku.
Untuk itu, guru pembimbing sangat berperan dalam perkembangan siswa terutama dalam proses pergaulan, yang mana hubungan sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Misalnya ada siswa yang tergolong pintar, tetapi tidak mempunyai teman seumurannya akibat dari ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Sebagai contoh yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu kesulitan Doni untuk bergaul dan menyesuaikan dirinya pada lingkunagn barunya atau sekolah barunya sehingga dalam proses pergaulan atau hubungan interaksi sosialnya yang menjadi permasalahan yaitu Doni tidak mau bergaul dengan teman-teman baru di sekolahnya dalam arti lain Doni selalu menutup diri,merasa jenuh dengan lingkungan barunya itu sehingga hal itu juga yang mempengaruhi prestasi belajarnya yang mana anak tersebut jarang mau turun ke sekolah, selalu melamun sendiri, jarang mengerjakan PR dan juga tidak memiliki teman-teman padahal seperti yang di jelaskan tadi bahwa interaksi sosial sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa. yang hal ini di sebabkan dari pengamatan kami dan menurut keterangan Doni hal itu timbul akibat masa kecinya si konseli tidak di perbolehkan oleh orang tuanya untuk berteman dan bermain di luar rumahnya jika ia mencoba untuk keluar rumah dan bergaul dengan teman-temanya maka orangtuanya selalu memukulnya dan karena itulah yang membuat konseli malas untuk bergaul sehingga interaksi sosial antar teman sebayanya menjadi sangat kurang padahal hal itu penting karena selain dapat menjadi motivasi belajar konseli itu sendiri dan juga agar konseli dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan barunya.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan bagaimana penanganan kasus atau masalah yang di alami siswa yang sulit menyesuaikan dirinya dan bergaul dengan teman-temanya di sekolah dalam arti anak ini memeiliki sikap yang tertutup dan tidak mau bergaul atau anak yang tergolong selalu mengisolasikan diri dengan teman-teman di lingkungan barunya dengan pendekatan psikoanalisis !
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus atau masalah yang di alami siswa yang sulit menyesuaikan dirinya dan bergaul dengan teman-temanya di sekolah dalam arti anak ini memeiliki sikap yang tertutup dan tidak mau bergaul atau anak yang tergolong selalu mengisolasikan diri dengan teman-teman di lingkungan barunya dengan pendekatan psikoanalisis !
D. Manfaat penulisan
1. Bagi konseli
Teratasinya masalah yang di hadapi konseli, kemudian konseli menjadi sadar dan mau bergaul dengan teman-teman di sekolah barunya dan dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan barunya itu sehingga hal itu dapat menjadi motivasi agar mau belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya yang tergolong kurang baik.
2. Bagi konselor
Menjadi sebuah pengalaman baru bagi kami yang masih awam tentang bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan psikoanalisis
3. Bagi Orangtua
Dapat menjadi pemahaman tentang interaksi sosial dengan teman sebaya anak sejak kecil itu sangat penting untuk menujang pertumbuhan dan perkembanganya agar anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan teman-teman barunya sehingga dapat mendorong ia untuk terus mau belajar dimana pun dia berada.
4. Bagi guru atau wali kelas
Agar guru lebih peka memperhatikan seluruh perkembangan kondisi muridnya khususnya mengenai perkembangan kondisi mentalnya dan sebagai bentuk pembelajaran untuk lebih intens terus berkomunikasi dengan guru bk dan wali siswa.
5. Bagi pembaca pada umumnya
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar keluarga maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang sama.
BAB II
DASAR TEORI
A. Teori Sigmund Freud tentang Psikoanalisis
Menurut Freud, kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja dari pada seluruh kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es ditengah lautan, yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan dibawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan ketidaksadaran.
Sigmund Freud (1856-1939)
Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.
Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yg tdk terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa.
Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer, seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena Charcot mengembangkan teknik hipnose. Kelak Freud meninggalkan teknik hipnose ini karena sulit diterapkan dan mengembangkan teknik menggali ketidaksadaran lewat kesadaran, seperti free association. Dengan mengembangkan teknik ini Freud lebih percaya bahwa hal-hal di ketidaksadaran bukan dilupakan (seperti teori Charcot), tetapi direpres (ditekan ke dalam ketidaksadaran agar tidak muncul).
Pada dekade awal abad 20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan-tulisan Freud semakin berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut/murid yang terkenal, antara lain Adler dan Jung. Mulai terbentuk forum-forum diskusi rutin antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep psikoanalisa. Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya terganggu.
Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya di 1939.
Sumbangan Freud. Sebagai orang pertama yangØ menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian.
Posisinya yang kukuh sebagaiØ seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni.
Kritik terhadap Freud Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif. Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex.
Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable.
B. Konsep-Konsep Utama Psikoanalisis Mengenai Kepribadian
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisar dalam rangka sruktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: Id (Das Es) sebagai aspek biologis, Ego (Das Ich) sebagai aspek psikologis dan Super Ego (Das Ueber Ich) sebagai aspek sosiologis. Ketiganya merupakan nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian. Oleh karena itu, tingkah laku merupakan hasil sama dari ketiga aspek ini.
a. Id (Das Es)
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original didalam kepribadian, dari aspek ini kedua aspek yang lain tumbuh. Id disebut juga realitas psikis yang sebenar-benarnya dan merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri. Oleh karena id merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif (dunia luar). Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Oleh karena itu, pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kesenangan itu, id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
1) Reflex dan reaksi-reaksi otomatis, seperti: bersin, berkedip, dan sebagainya.
2) Proses primer, seperti: orang lapar membayangkan makanan.
Akan tetapi cara “ada” itu tidak memenuhi kebutuhan (orang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan), maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif yaitu ego (das ich).
b. Ego (Das Ich)
Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Letak perbedaan antara id dan ego, yaitu id hanya mengenal dunia subyekyif (dunia batin) sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif atau realitas). Dapat dikatakan, bahwa ego sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur atau sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, super ego dan dunia eksternal. Di dalam berfungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder dengan cara memutuskan suatu rencana atau mentestnya dengan sesuatu tindakan. Proses sekunder, misalnya: orang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak. Dengan demikian, ego berlaku realistis dan berfikir logis serta memutuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang menjadi peran utama ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan adanya organisme.
c. Super Ego (Das Ueber Ich)
Aspek ini adalah aspek sosiologis sebagai cabang moral atau hukum dari kepribadian, yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsikan orang tua kepada anak-anaknya yang dimasukan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan, karena itu super ego dianggap sebagai aspek moral kepribadiaan. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:
1) Marintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
2) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitis dari pada yang realistis;
3) Mengejar kesempurnaan.
Jadi super ego (das ueber ich) itu cenderung untuk menentang baik ego (das ich) maupun id (das es) dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
2. Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke-19 dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting-instingnya.
a. Instink
Instink menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang dibawa sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan dari semua instink- instink merupakan keseluruhan dari pada energi psikis yang digunakan oleh kepribadian. Sumber instink yaitu kondisi jasmani yang menjadi kebutuhan; tujuan instink ialah menghilangkan rangsangan kerjasama sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan; obyek instik ialah segala aktivitas yang menyebabkan tercapainya kebutuhan; sedangkan pendorong atau penggerak instink yaitu kekuatan instink itu yang tergantung kepada intensitas (besar- kecilnya) kebutuhan.
b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut, kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua aspek yang lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah. Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.
c. Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini. Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan jalan yang tidak realistis.
3. Perkembangan kepribadian
Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam hubumgan dengan empat sumber tegangan pokok,yaitu: proses pertumbuhan fisiologis,prustasi,konflik dan ancaman.
Metode-metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mrngatasi prustasi, konflik,serta kecemasan, yaitu sebagai berikut:
a. Identifikasi.
Yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya.
b. Pemindahan objek.
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah pemindahan objek ditentukan oleh dua factor yaitu:
1) Kemiripan objek pengganti terhadap objek aslinya.
2) Sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan. Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :
1) Penekanan atau represi, yaitu salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari kesadaran oleh anti cathexis(kekuatan-kekuatan penahanan).
2) Proyeksi, yaitu mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realitas.
3) Pembentukan reaksi,yaitu penggantian impus atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran,misalnya benci diganti dengan cinta.
4) Fiksasi dan Regresi, pada perkembangan yang normal kepribadian akan melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai mencapai kedewasaan yang akan membawa sejumlah frustasi dan ketakutan, dengan kata lain orang akan mengalami fiksasi pada suatu fase yang lebih awal begitupun regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi itu pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi artinya seorang jarang benar-benar mengalami fiksasi dan regresi. Fiksasi dan regresi inilah yang menyebabkan ketidaksamaan dalam perkembangan kepribadian.
d. Fase-Fase perkembangan.
Freud berpendapat bahwa fase-fase perkembangan terbagi atas:
1) Fase Oral (usia 0 sampai 1 tahun). Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamis.
2) Fase Anal ( kira-kira usia 1 sampai 3 tahun). Pada fase ini cathexis (kekuatan pendorong) dan anti cathexis (kekuatan penahan) berpusat pada fungsi eliminative (pembuangan kotoran)
3) Fase Falis (kira-kira usia 3 sampai 5 tahun). Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4) Fase Latent (kira-kiara usia 5 sampai 12 tahun atau 13 tahun). Pada Fase ini impuls-impuls cenderung umtuk ada dalam keadaan tertekan.
5) Fase Pubertas (kira-kira 12 atau 13 sampai 20 tahun). Pada fase ini impuls-impuls menonjol kembali.
Walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase namun ia tidak bependapat bahwa antara fase-fase tersebut satu sama lain terdapat batas yang tajam.
C. Proses-Proses dalam Konseling Psikoanalisis.
Sesuai dengan alirannya , maka setiap konseling diwarnai oleh filsafat dan teori yang dianut oleh teori tersebut. Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar proses konseling psikoanalisis.
1. Tujuan konseling.
Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali stuktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali. Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketaksadaran manusia. Akan tetapi aspek kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
2. Fungsi konselor.
Pada konseling psikoanalisis konselor mempunyai ciri unik dalam proses konselornya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinyaa konselor bersikap berusaha tak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi klien yang menjadi analisis bagi konselor. Hal yang terpenting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi suatu perasaan , trauma, atau kegagalan klien terhadap konselor.fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara transferensi itu selain itu konselor membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, krtulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis.
3. Proses konseling
Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti sebagai berikut;
a. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
b. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan tranferensi.
c. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f. Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g. Menutup wawancara konseling.
D. Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:
1. Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas adalah satu metoda pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Hal ini disebut sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan.sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kinci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran.
2. Interpretasi.
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, analisis tranparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubunganterapetik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi.
Pertama, interpretasi hendaknya hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.
Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru manuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.
Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelim menginterpretasikan emosi atau konflik.
3. Analisis mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk mambuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahakan.proses terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4. Analisis Resistensi.
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Anlaisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
5. Analisis transferensi.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun pertama hidupnya. Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.
E. Kelebihan Dan Kekurangan Psikoanalisa
1. Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
a. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
b. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
c. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
d. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
2. Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
a. Penggunaan terapi wicara
b. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
c. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
d. Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Pada tahap ini terlebih dahulu kami perkenalkan data diri konseli sebagai berikut :
Nama : Doni (nama samaran)
Tempat / Tanggal lahir : Samarinda, 30 oktober 1996
Alamat : jln.Irigrasi rawa makmur palaran Samarinda
Umur : 16 Tahun
Tinggi Badan : 161 cm
Berat Badan : 58 kg
Anak ke : 2 (dari 3 bersaudara )
Status : Anak Kandung
Asal Sekolah :SMA Negeri 6 Samarinda
Kelas : X- C
Wali Kelas : Maisaroh , S.Pd.
Minat / Bakat : Musik (piano), volly
Data Orangtua :
Nama ayah : Nuradi
Pekerjaan : Swasta
Alamat : jln. Kedondong RT 05 NO. 38 Bulungan
Nama Ibu : Mariani
Pekerjaan : IRT
Alamat : jln. Kedondong RT 05 NO. 38 Bulungan.
1. Konseli di lihat dari keadaan akademik dan non akademik
Doni adalah anak yang sangat penurut. Terutama pada Ibunya, , sehingga Ibunya tidak susah untuk menyuruhnya belajar dan membantunya untuk menjaga tokoh sebagai salah satu usaha Orangtuanya. Hal ini membuat doni tergolong anak yang tidak sulit dalam memahami pelajaran di sekolah. Yang mana terlihat saat doni duduk di bangku kelas 1 SD Doni dalam hal mengerjakan PR dan Mengerjakan Soal yang di berikan dan di perintahkan oleh Guru Doni selalu Bisa dan mendapatkan nilai yang bagus . akan tetapi Pada saat Doni di bangku sekolah SDN 001 Tanjung Selor , Doni tidak pernah menjadi juara di kelasnya bahkan untuk masuk peringkat Lima Besar Donipun Tidak penah. Ia selalu mendapat peringkat terbawah dan tergolong anak yang berprestasi kurang baik .itu karena bukan pada Nilai doni yang Kurang Baik Tetapi pada Kehadiran Doni di sekolah yang sangat jarang sehingga doni banyak tidak mengumpul Tugas dan mengikuti ulangan Harian .sejak itulah Para Guru SD doni memprihatikanya dan mencoba menbicarakan Hal ini kepada orang tua Doni Tetapi all hasil akibat desakan orang tuanya akhirnya doni dapat berubah dan menjadi rajin untuk turun kesekolah dan membuat prestasinya meningkat satu tahap yang tadinya doni menduduki peringkat ke 11 menjadi ke 10 itu artinya doni masi tergolong anak yang kurang baik dalam prestasi belajarnya sampai akhirnya doni memnduduki bangku SMP Tanjung S|elor Doni belum mendapatkan Prestasi yang memuaskan yah walaupun kehadiranya di sekolah sudah Cukup Baik, hingga Sekarang ini saat Doni di SMA dan dilihat berdasarkan hasil laporan belajar (raport) pada kelas X semester Pertama hal itu terulang kembali prestasi belajar doni menjadi sangat kurang baik Kehadiranya di sekolah pun sangat jarang ,Kemudian dilihat dari bidang non akademik hasil tes bakat menunjukkan Doni berbakat di bidang seni.Doni bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler Voly Ball, dan Bermain Musik Piano, sejak ia Memilih Untuk bergabung dalam kegiatan Ekstrakurikuler Di SMA Negeri 6 Samarinda.Yang mana Berdasarkan keterangan Guru Olahraga dalam Ekstrakurikuler Bahwa Doni memiliki Potensi Bakat bermain Voly yang dapat di kembangkan Begitu pun Juga saat Doni Megikuti Ekstrakurikuler di bidang Seni Musik Bermain Piano yang mana Keahlianya Bermain Piano Sudah Dia dapatkan Saat Ia duduk Di bangku SMP yaitu Doni sering menjadi pemain Musik Piano saat Pentas Seni Maupun Sebagai pengiring Lagu-lagu saat Upacara Bendera Di sekolahnya Tersebut, Pada bidang akademik, hasil laporan belajar Doni Kurang Baik.berdasarkan Laporan wali kelas menyebutkan bahwa Doni sering tidak fokus dalam belajar, ia sering sekali menyendiri. Doni juga terkadang tidak masuk sekolah, karena sakit ataupun izin karena keperluan keluarga atau yang lainnya. Sehingga Doni sering tidak mengumpulkan tugas dan tidak mengikuti ulangan harian di beberapa mata pelajaran. Begitu Pun dengan Kegiatan Ekstrakurikulernya Doni jarang hadir sehingga guru Pembimbing mendapat kesulitan untuk mengembangkan Bakatnya tersebut.
2. Konseli dilihat dari keadaan fisik
Berdasarkan hasil asesmen angket dan data pendukung lainnya, diketahui pertumbuhan fisik Doni tergolong baik dan sehat, memiliki postur tubuh yang tinggi 170 cm dan berat badan 55 kg. Berkulit kuning langsat, memiliki rambut yang lebat, bentuk wajah agak lonjong, beralis tebal, hidung mancung, Doni memiliki jenggot tipis pada dagunya, mempunyai dada yang busung (tegap). Penyakit serius Pun belum pernah Doni Alami bahkan jika pun dia sakit itu hanya sebatas sakit Flu dan batuk demam saja.
3. Konseli di lihat dari keadaan keluarga
Berdasarkan informasi melalui hasil penelusuran konselor mengenai keluaraga bahwa Doni merupakan anak Tunggal, yang mana kebutuhsn doni selalu di penuhi,Ayahnya merupakan pegawai perusahan swasta dan mempunyai tokoh Bangunan di daerahnya serta orang tua Doni juga mempunyai beberapa penginapan yang sehingga orangtuanya memeiliki kesibukan yang padat. Dalam bersosialisasi keluarga doni tergolong yang mudah bersiosialisasi tapi kebanyakan waktu orang tua Khususnya Ibu doni di rumah menjaga tokohnya. Jadi dapat di golongkan keluarga Doni adalah keluarga yang berkecukupan.
Namun Karena Doni tergolong Anak tunggal itu sebabnya sang Orang tua doni atau Ibu doni Terlalu mengkhawatirkan Anak Tunggalnya Itu Sehingga Doni Sejak Kecil Tidak Pernah Di bebaskan Untuk Keluar Rumah Sendiri , Doni hanya Di perbolehkan untuk bermain Di dalam rumahnya saja, dia tidak di perbolehkan bermain di luar rumah bersama teman-temanya di lingkungan temapat dia tinggal .hal itulah yang membuat Doni menjadi anak yang tertutup dan sulit untuk membuka diri pada dunia barunya karena . hingga sekarang ini pun doni baru di bebaskan untuk jauh dari orang tuanya karena untuk melanjutkan pendidikan SMA karena Di daerahnya yang masi tergolong Daerah perdesaan Belum ada Sekolah Menegah Atas itu sebabnya doni di sekolahkan jauh dari orangtua dan tinggal Sendiri .
4. Konseli di lihat dari keadaan tingkah laku sosial
Sejak ia duduk di bangku SD, hingga SMA, Doni termasuk anak yang pendiam dan tertutup. Dia terkadang sering menyendiri seorang diri, di perpustakaan, ataupun di taman sekolah tepat di bawah pohon beringin, dia sering meluangkan waktu dengan membaca buku, sambil mendengarkan lagu lewat headphone atau dalam hal ini doni tergolong anak yang selalu mengisolasikan diri. Jika Doni sedang berkumpul dengan teman-temannya ia terlihat seperti orang dingin (cool), agak cuek, padahal teman-temannya adalah orang-orang yang mudah bergaul. Terutama anton teman sebangku Doni dia tergolong anak yang aktif dalam berbicara namun Doni tidak memiliki keinginan untuk mau mengakrabkan diri dia merasa kaku dan minder karena dia tidak sehebat teman-temannya yang lain dalam berkomunikasi dan menjalin keakraban khusunya pada teman-teman barunya di kelas . itu lah sebabnya berdasarkan hasil pengamatan wali kelas maupun guru BK, Doni diketahui suka merenung dan menjauhi diri dari pergaulan dengan teman-temannya di kelasnya . Hal itu lah yang membuat Doni menjadi Merasa jenuh saat Di sekolah sehingga semangat belajar dan keinginanya turun kesekolah, doni merasa malas.
B. Sintesis
Kesimpulan sementara berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1. Di lihat dari keadaan akademik dan non akademik
Doni Tergolong anak Yang Tidak sulit dalam memahami pelajaran ia selalu bisa dalam mengerjakan tugas , Namun prestasi rengking Yang memuaskan belum pernah ia raih di karenakan kurangnya semangat doni untuk hadir di sekolah.
2. Di lihat dari keadaan fisik
Doni memiliki badan yang ideal, penyakit seriuspun Belum pernah di deritanya. Sehingga doni tergolong anak yang Sehat.
3. Di lihat dari keadaan keluarga
Doni berada di keluarga yang berkecukupan, ia seorang anak satu-satunya (tunggal). Tetapi kepuasan Bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya ia tidak dapatkan di karenakan Orang tua Doni melangrang Doni untuk keluar rumah untuk bermain dengan teman-teman dilingkunganya dengan alasan sang ibu selalu mengkhawatirkan anak smata wayang ini .
4. Di lihat dari keadaan tingkah laku sosial
Karena Doni sejak kecil Terbiasa Dirumah dan jarang keluar dan Bemain bersama teman-temanya di lingkunganya hal ini membuat doni menjadi anak yang sangat pendiam dan tertutup atau ia bisa di katakana anak yang selalu mengisolasikan diri sehingga ia tergolong anak yang susah bergaul dengan teman-temannya. Hal itu membuat Doni lebih sering menyendiri. Dan merasa jenuh sampai saat ini Ia duduk dibangku SMA sifat tertutup dan sulit bergaulnya itu masih saja ada sehingga hal itulah yang membuat prestasi belajar dan semangat turun kesekolahnya menjadi sangat Kurang baik
C. Diagnosis
Dari hasil sintesis diatas, kami simpulkan penyebab permasalahan yang dialami Doni, adalah :
1. Doni adalah anak yang selalu mengisolasikan dirinya sehingga hal itulah yang membuat dia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya dan bergaul dengan teman-temannya .
D. Prognosis
Dari diagnosis di atas kami dapat mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu :
1. Mencocokkan data-data yang ada dengan kenyataan yang ada pada konseli.
2. Melakukan pendekatan lebih intens dan terus menjalin komunikasi.
3. Mencari akar permasalahan berdasarkan informasi yang didapat.
4. Membuat komitmen untuk bersama-sama mencari penyelesaian masalahnya.
5. Melakukan wawancara konseling.
E. Treatment
VERBATIM KONSELING INDIVIDU
(Psikoanalisis - dengan Teknik Asosiasi Bebas,inerpretasi,)
Verbatim Konseling
PERTEMUAN PERTAMA
Konseli : Assalamu’alaikum. Selamat siang. Salam
Konselor : Wa’alaikum salam. Selamat siang, Oh iya.. silahkan duduk. (tersenyum lalu menunjukkan dan mempersilahkan konseli ke tempat duduk sambil bersalaman dengan konseli) Opening
Konselor : Alhamdulilah sudah lama saya nanti Doni akhirnya bisa ketemu hari ini . Bagaimana kabarnya hari ini,Doni? Good Report
Konseli : Alhamdulillah baik, Pak.(murung)
Konselor : Ohyah.. Doni terimaksih sudah mau memenuhi panggilan bapak untuk hadir di ruangan ini. Apakah bapak boleh meminta waktu doni sebentar.
Konseli : Boleh pak.
Konselor : terima kasih doni atas waktunya .tapi inikan lagi jam pelajaran, apakah tidak ada Pelajaran yang masuk hari ini Doni ?good report
Konseli : Ada pak, tapi hanya pelajaran penjaskes kebetulan Pak Iwan menyuruh kami untuk berolahraga sendiri saja pak, setelah dia memimpin pemansan sebelumnya pak, jadi saya meminta ijin untuk menemui bapak karena kemarin bapak meminta saya untuk bisa bertemu jika saya ada waktu kosong karena ada yang mau di bicarakan.
Konselor : oh.. baiklah kalau begitu, jadi apakah sekrang doni sudah siap bertemu dengan bapak dan berbicara beberapa hal ?
Konseli : iyah Pak, bapak Mau berbicara ap ?
Konselor : okeh doni, Seperti yang bapak liat dengan nilai hasil belajar Doni semester pertama ini nampaknya hasilnya kurang baik dan terlihat juga doni sering tidak hadir di sekolah yah,benar begitu ?
Konseli : Iya pak,
Konselor : emm.. Kenapa Doni ? Apakah doni ada masalah ?
Konseli : iyah pak
Konselor : oh.. Baiklah Doni Bisakah Doni menceritakan apa masalah atau ada hal yang mengganjal dihati doni, siapa tau bapak dapat membantu doni ,
Konseli : hemm....Tapi saya masi bingung cara menjelaskanya pak,!
Konselor : Tidak usah bingung ya Doni, Bapak akan mendengarkan semua yang diceritakan Doni, semoga satu persatu masalah bisa diselesaikan dan tidak ada hambatan. Bagaimana? Acceptance
Konseli : terus saya harus bercerita dari mana pak ?
Konselor : okeh.. Begini aja bagai mana kalau doni coba mennceritakan keadaan doni semenjak kecil yang masi doni ingat sampai sekarang ini . Bagaimana doni ?Exploring
Konseli : Masa kecil, saya kurang bahagia pak saya merasa orangtua saya selalu menekan saya terkadang saya merasa iri dengan teman-teman yang lain yang begitu bebas bergul dan bermain di luar rumah sedangkan saya hanya berdiam dirumah dan selalu sendiri .(asosiasi bebas)
Konselor : Ehmm ya ya (mengangguk-angguk) Acceptance
Konselor : bapak tadi mendengar kata menekan maksunya doni Gimana ?
Konseli : iyah pak, orang tua saya selalu melarang saya untuk ikut bermain bersama teman-teman saya, terkadang saat saya memaksa untuk keluar mereka langsung memarahi bahkan memukul saya, padahal saya juga pengen bermain dan bergaul bersama mereka pak, saya akan merasa bosan saat selalu di rumah, hingga akhirnya hal semacam ini yang membuat saya terbiasa hidup dirumah sampai akhirnya saat ini saya pun merasa malas sudah untuk keluar rumah pak,( asosiasi Bebas)
Konselor : Saya bisa merasakan apa yang Doni rasakan saat itu. Empathy
Konselor : Berarti dengan kata lain sekarang doni lebih senang menyendiri dirumah dari pada beraktivitas diluar rumah Clarification
Konseli : Tidak Juga pak. Justru keaadaan saya sekarang ini yang sangat menyedihkan saya tinggal sendiri jauh dari orangtua saya,
Konselor : Apakah pilihan jauh dari orangtua kemauan doni,, ?
Konseli : Tidak pak justru saya merasa hal ini yang saya tidak inginkan karena tidak ada lagi orang yang dapat menemani saya selain orangtua saya pak saat sendiri. Saya mersa jenuh pak. Kalau saja di daerah saya ada sekolah yang lebih dekat mungkin saya tidak jauh kesini pak !
Konselor : Apakah hal itu juga yang membuat doni jarang untuk turun kesekolah dan membuat prestasi doni menjadi kuarang baik karena semangat belajar doni kurang ?
Konseli : Iyah pak,, saya merasa malas turun kesekolah karena di sekolah saya jenuh saya bingung mau ngapain saya hanya bisa menyendiri pak !itulah yang membuat saya lebih memilih di kos dari pada harus turun kesekolah!
Konselor : owh... Bapak paham keadaan doni! ( Emphty )
Konselor : Dari pembicaraan kita samapai saat ini bapak sudah bisa menyimpulkan doni mersa jenuh di sekolah dan hal itu karena doni hanya bisa menyendiri dan tidak mau bergaul atau doni bisa di golongkan anak yang selalu mengisolasikan diri, sehingga untuk menghilangkan kejenuhan itu, akhirnya doni lebih memilih untuk berdiam dikos dari pada harus turun kesekolah mengikuti pelajaran dan karena doni jarang turun kesekolah hal ini juga yang memebuat prestasi belajar doni menjadi kurang baik serta itu lah yang membuat semangat belajar doni menjadi menurun benar.. begitu doni ?
Konseli : Iyah pak benar sekali,
Konselor : Terus tidak pernakah Doni berniat untuk bergaul dan bermain bersama teman-teman doni sekarang ini,yah untuk menghilangkan kejenuhan doni ?
Konseli : Sebenarnya si pengen pak , dari pada saya jenuh di kos cuman saya belum mempunyai teman yang akrab pak !
Konselor : Jadi satupun siswa di kelas Doni tidak ada yang doni kenal kah ?
Konseli : Mmmmmm .. kalau kenal si ada Pak, cuman saya tidak akrab ?
Konselor : Nah kenapa doni tidak akrab padahal teman-teman doni baik-baik semua kan ?
Konseli : Iya pak, memank si teman doni baik semua pak mereka juga kadang mengajak doni untuk bercerita dan berjalan bersama seperti kekantin cuman doni terkadang malas pak untuk bersama mereka ! (murung )
Konselor : Nah.. kenapa doni merasa malas padahal teman-teman doni seperti yang doni ceritakan tadi baik, mau bercerita dan mengajak doni berjalan bersama, apakah ada alasan lain yang ingin doni ucapkan ?
Konseli : Iyah si pak memang... cuman saya sudah terbiasa sendiri sejak kecil pak jadi untuk bergaul bersama teman-teman di kelas yang masi baru itu terasa sangat kaku pak, terus jika doni memilih untuk sendiri terkadang doni merasa bosan Dan jenuh juga pak ?
Konselor : Mmmmm.... begitu yah... doni mengatakan persaan kaku itu muncul karena doni tidak terbiasa bergaul sejak kecil kan ? bagaiman kalau mulai sekarang doni mencoba pelan-pelan untuk menghilangkan rasa kaku itu ! bisa kan ?
Konseli : Iyah pak, tapi bagaimana caranya pak, ?
Konselor : Begini... kira-kira doni dari beberapa teman doni di kelas adakah yang terlihat anaknya aktif dalam berbicara dan yang paling doni senang atau mungkin teman yang paling dekat sama doni yang sebangku barang kali ?
Konseli : Ada Pak, namanya anton, dia teman sebangku saya !
Konselor :Nah.. apakah doni sering bercerita atau menjalin komunikasi !bersama atau hanya diam.. diaman saja?
Konseli : Tidak pak, saya sering diajak Anton berbicara bahkan dia juga yang sering mengajak doni untuk pergi kekantin dan juga pak saat pulang sekolah pun terkadang dia mengajak saya untuk pergi kerumahnya!
Konelor : Mmmm... terus kenapa Doni tidak menjalin keakraban dengan anton dulu sebelum keteman-teman yang lain barangkali dengan doni sudah berteman dan sudah akrab dengan anton doni dapat dengan mudah untuk bergaul bersama teman-teman yang lain .Bagaimana doni ?
Konseli : iyah si pak, saya juga berpikir begitu !
Konselor : oke.. bagus nampaknya doni sudah mampu menemukan jalan untuk penyelesaian masalah Doni !
Konselor : terus apa yang doni akan lakukan ?
Konseli : saya akan mencoba melawan rasa jenuh dan kesendirian saya dengan mencoba bergaul dan mengakrabkan diri pada salah satu teman saya yaitu anton,,, dengan cara mencoba menjalin komunikasi dan membuka diri saya pak,,
Konelor : oke doni nampaknya kamu sudah mau berpikir lebih maju lagi bapak sangat bangga sama doni, ohya sedangkan untuk prestasi belajar doni yang kurang baik itu apa yang akan doni lakukan ?
Koneli : saya akan mencoba belajar dan aktif turun sekolah pak, kemungkinan menurut saya setelah saya akrab dengan anton saya akan lebih semangat lagi karena saya tidak lagi jenuh saat di sekolah .
Konselor : Oke doni bapak juga akan membantu doni dengan mencoba menemui anton agar mau membantu doni... sehingga dia juga akan paham dengan keadaan doni dan proses pengakraban doni jadi lebih mudah .. apakah doni setuju dengan cara bapak ini ?
Konseli : oke pak saya setuju ,,,
Konselor : baiklah doni bagaimana sekarang persaan doni ?
Konseli : serasa lebih baik pak, dan doni mempunyai semangat baru lagi ...
Konelor : baguslah doni .... saya kira pembicaraan kita cukup samapai disini dulu ya ,,, sekarang tinggal bapak menunggu perkembangan doni.. dan jika doni ada masalah silahkan temui bapak lagi . bagai mana doni ?
Konseli : oke pak terima kasih banyak atas bantuan dan saranya... saya pamit keluar dulu pak .. assalamualaikum
Konselor : iyah sama-sama doni.. ingat tidak ada yang bisa dirubah selagi kita mau berusaha… walaikum salam (berjabat tangan )
F. Follow up
Dari hasil proses konseling di atas, melalui pendekatan yang lebih intens melalui wawancara konseling ternyata Doni telah memamhami bahwa tingkahnya itu sangat kurang baik dan apapun masalalunya dia kan memcoba untuk mengubah kebiasaanya yang akan merugikan dirinya , yaitu dengan memncoba melawan rasa jenuh dan sikapnya yang selalu menyendiri dan tertutup atau selalu mengisolasikan diri itu dengan berusaha membuka diri dan belajar untuk bergaul pada dunia barunya memalui teman sebangkunya dulu. Karena penyebab utama dari prestasi belajarnya itu kurang baik di karenakan kehadiranya di sekolah yang sangat jarang dengan alasan di sekolah dia merasa jenuh sehingga semangat belajarnya pun menurun. Wawancara konseling dengan satu kali pertemuan dan mencapai keputusan untuk mencoba membuka diri dan bergaul bersama teman-teman. Kemudian konselor membantunya dengan cara mencoba mengajak teman-teman di sekeliling Doni, agar lebih aktif untuk mengajak doni dalam berkomunikasi dan bersosialisasi sehingga rasa kaku Doni dalam berkomunikasi dapat di atasi. Di samping itu juga konselor selalu meneliti tentang perkembangan dari konseli sampai masalahnya dapat teratasi sepenuhnhya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah diadakan pertemuan Doni telah memamhami bahwa tingkahnya itu sangat kurang baik dan apapun masalalunya dia kan memcoba untuk mengubah kebiasaanya yang akan merugikan dirinya , yaitu dengan memncoba melawan rasa jenuh dan sikapnya yang selalu menyendiri dan tertutup atau selalu mengisolasikan dirinya itu dengan berusaha membuka diri dan belajar untuk bergaul pada dunia barunya memalui teman sebangkunya dulu
2. Konselor juga mencoba membantunya yaitu dengan cara mencoba mengajak Teman-teman doni agar lebih aktif sehingga rasa kaku doni dalam bergaulpun dapat teratasi.
3. Dalam proses perubahnya konselor selalu memberikan pendekatan dan mengamati perkembangan diri konseli.
B. Saran
1. Bagi konseli
Diharapkan konseli bisa mengambil pelajaran dan hikmah atas kejadian yang terjadi dari masalah yang telah dia alami seperti yang diangkat dalam makalah ini dan setelah melewati proses konseling kelak diharapkan pula agar konseli tidak lagi mengulangi kesalahannya dan mampu mengatasi apa yang dia alami secara mandiri.
2. Bagi konselor
Sebagai konselor terus belajar, khususnya belajar dari sebuah pengalaman yang ada. Seperti dalam kasus ini, konselor pun mendapat pengalaman baru untuk menangani masalah seorang klien menggunakan pendekatan Psikoanalisi dan apabila nantinya mendapatkan kasus yang serupa dan mungkin kiranya harus menggunakan Psikianalisis, konselor bisa kembali mengentaskan masalah konseli menggunakan pendekatan yang sama dengan baik.
3. Bagi orangtua
Berdasarkan kasus yang telah menimpa konseli / anaknya, hendaknya orangtua bisa semakin memberikan perhatian dan serta kebebasan anaknya dalam bergaul dan bermain bersama teman-temanya karena proses sosialisasi anak dengan teman sebayanya sejak dini itu penting agar perkembangan anak dalam menyesuaikan diri pada lingkungan barunya menjadi lebih mudah dan tidak kaku.
4. Bagi guru atau wali kelas
Guru semakin tanggap apabila ada muridnya yang sedang mengalami masalah. Guru selalu mengadakan analisa, agar lebih cepat mendeteksi masalah apa yang sebenarnya sedang dialami oleh siswa-siswinya. Kemudian guru atau wali kelas bisa segera mengadakan komunikasi dengan guru pembimbing untuk menindaklanjuti langkah apa yang akan dilakukan untuk mengentaskan masalah anak.
5. Bagi pembaca pada umumnya
Pembaca dapat kembali menelaah setiap hal yang ada di makalah ini, kemudian diharapkan mampu menerapkannya dan bisa membagikan sedikit ilmu yang ada pada makalah ini sebagai informasi untuk pembelajaran kepada masyarakat khalayak umum.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Surya. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Stephen Palmer (ed).2011. Konesling dan Psikoterapi.Yogyakarta 55167: Puataka Pelajar.